Kelapa merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat dan setiap bagian tanamannya memiliki nilai seumur hidup.  Berdasarkan catatan Kementerian Pertanian (Kementan) dan Badan Karantina Pertanian (Balantan), setidaknya ada 13 jenis produk turunan kelapa, termasuk kopra (daging kelapa kering), yang diminati di pasar global.  Minyak ini diolah menjadi berbagai  produk antara lain minyak nabati, kosmetik, dan pakan ternak berbahan dasar bungkil minyak. Potensi ini merupakan peluang  besar bagi pengembangan usaha kelapa yang baik dan berkelanjutan guna meningkatkan perekonomian nasional.

Peranan kelapa yang begitu besar dalam perekonomian Indonesia telah menjadi bahan baku yang strategis, terutama bagi mereka yang membudidayakannya baik  sebagai sumber pendapatan maupun sebagai sumber bahan baku industri baik budidaya kelapa maupun pengolahan pasca panen.

Usahatani kelapa merupakan suatu pilihan usaha dalam jangka panjang yang dapat menunjang kehidupan petani, terutama dalam menghasilkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup.  Kemampuan kerja dan motivasi merupakan potensi yang dimiliki petani dalam mengelola usahataninya yang belum secara utuh dimanfaatkan, seperti kegiatan pemilihan bibit dan kegiatan dalam budidaya kelapa.  Pemilihan bibit yang dilakukan oleh petani kelapa masih sangat tradisional dengan cara mengambil bibit yang tumbuh di sekitaran pohon kelapa dari buah kelapa tua yang jatuh dan tidak melakukan sortir atau pemilihan bibit yang berkualitas untuk dijadikan bibit. Demikian pula halnya kegiatan budidaya kelapa mulai dari penanaman hingga panen dan pasca panen yang masih tradisional dan belum menggunakan atau mengenal teknik budidaya dengan teknologi yang di anjurkan oleh pemerintah. Demikian pula dengan produk turunan kelapa yang di hasilkan dari kegiatan pasca panen oleh petani yaitu kopra dan minyak goreng, dimana pengolahannya masih menggunakan peralatan yang tradisional. Di sisi lain, penggunaan modal berupa alat produksi sendiri masih terbatas. Pilihan transportasi dan informasi untuk menunjang kelancaran kegiatan pertanian belum tersedia secara optimal. Di sisi lain, harga produksi, hasil dan ketersediaan dari kegiatan pasca panen masih rendah sehingga menghambat  pengembangan budidaya kelapa.