
Pada daerah yang pasokan listriknya cukup dan limbah tempurung kelapa melimpah, tempurung kelapa dapat diolah lebih lanjut menjadi pelet tempurung kelapa (pelet CH). Pelet CH termasuk pelet biomassa dan pelet limbah pertanian, namun bukan merupakan pelet kayu karena bahan bakunya mengandung limbah pertanian dan bukan biomassa kayu. Mengapa hanya daerah dengan pasokan listrik yang cukup yang direkomendasikan untuk produksi pelet CH? Hal ini disebabkan karena produksi pelet memerlukan beberapa peralatan mekanis yang digerakkan oleh motor listrik, seeprti unit penggilingan, pengeringan, pengepresan menjadi pelet, dll. Sabut kelapa direkomendasikan untuk produksi arang ketika pasokan listrik di daerah tersebut tidak atau tidak mencukupi. Sabut kelapa melimpah dan cenderung mencemari lingkungan. Belajar lebih tentang. Dan pada prinsipnya pemanfaatan limbah sabut kelapa secara teknis berbeda-beda, namun yang penting apakah ekonomis, ramah lingkungan dan berkelanjutan, atau sejalan dengan konsep bioekonomi.
Supaya CH pellet semakin luas penggunaannya atau semakin banyak diterima pasar khususya pada teknologi PC yang lebih banyak digunakan daripada FBC pada pembangkit listrik, maka kualitas CH pellet tersebut harus diupgrade yakni dengan menurunkan kandungan kalium dan klorin dalam sabut kelapa tersebut. Cara menurunkan kedua unsur tersebut adalah dengan mengekstraknya. Ekstrak kalium dan klorin tersebut selanjutnya bisa digunakan sebagai pupuk organik cair (POC). Produksi POC sekaligus menyiapkan bahan baku untuk produksi CH pellet adalah dua aktivitas produktif yang sejalan sehingga biaya menurunkan kandungan kalium dan klorin pada sabut kelapa bisa terkompensasi oleh produsi POC tersebut.